Minggu, 10 Februari 2019

Harapan dan Cinta Pada Ilmu dan Penyampai Ilmu

Bismillaah...

Sejak anak pertama masih dalam kandungan, saya sudah menyelipkan do'a agar dijodohkan dengan guru yang sholeh/sholehah untuk anak saya kelak. Guru yang bisa membimbing anak saya dalam kebaikan. Juga membersamai dan membimbing kami lebih baik dalam mendidik anak.

Dan suatu hari, ketika anak pertama masih tiga tahun, saya baca artikel tentang Kuttab Al-Fatih asuhan Ustadz Budi Ashari. MaasyaAllaah, saya langsung jatuh cinta dengan visi misi kuttab. Langsung lapor sama suami, pengen deh anak kami disekolahkan di kuttab. Tapi masalahnya tempatnya jauuuuh, saat itu kami tahunya ada di Jakarta dan Purwakarta saja.

Beberapa minggu setelahnya harapan menyekolahkan anak ke kuttab makin tinggi. Alhamdulillah saat itu barulah kami tahu di Bandung sudah ada, namun lagi-lagi tempatnya masih tergolong jauh, Cimenyan. MaasyaAllaah apakah suami bersedia hijrah ke Bandung Timur demi pendidikan agama anak? Ternyata tidak, saudara-saudara. Hiks..., saya sedih.

Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Saat sedang scrolling FB, eh lewat postingan siapa gitu, lupa. Ternyata Kuttab ada juga di Cimahi. MaasyaAllaah ini angin segaaarrr. Lapor dong sama suami. Di-acc? Nanti, katanya, pas anak kami usia 7 tahun saja. Saya kuciwa lagi. Padahal harapan pengen masuk kuttab sedari dini (5 tahun), agar belajar adabnya dari kecil. Ya sudah, apalah daya seorang ibu rumah tangga, selain memohon lagi pada Allaah subhanahu wa ta'ala.

Kabar baik datang, suami mau menyekolahkan anak kami di Kuttab Cimahi, setelah ngobrol dengan teman kami yang anaknya sudah lebih dahulu sekolah di sana. Girangnya hatiku.

Pernahkah engkau merasa jatuh cinta pada seseorang? Apa pun tentang orang itu selaluuu jadi objek pembicaraan yang menarik. Padahal yang dengar mah bosen kali ya? Hihi. Begitulah saya pada Kuttab ini. MaasyaAllaah, tiap hari yang distatusin di wasap adalah tentang Kuttab.

Beberapa teman penasaran, apaan si kuttab? Kok seorang Rani meni lebay membewarakan kuttab? Hihi ya begitulah orang lagi jatuh cinta. Lebay, segala tentang kuttab diomongkan. Kenapa sih kok bisa jatuh cinta sama kuttab? Karena visi, misi dan metode belajarnya aku banget!!

Padahal kuttab belum punya gedung mewah kayak yang lain lho, Ran. Biarin, yang penting itu nyaman dan bersih, rapi, tertib.

Di Kuttab gak ada ijazah negara? Rapopo, saya nyekolahin anak untuk dapat ilmu. Ijazah mah bisa ikut persamaan, kalau lah anak butuh itu juga.

Tergolong mahal? Iya bisa dibilang begitu. Masuk awal 3 dinar (7jt), SPP 8 dirham (600rb). Gak mahal lah itu, wajar wong yang belajar bukan cuma anak, tapi ibu bapaknya juga. Dan yang jelas, kami menyadari kekurang ilmuan, kekurang faqihan kami. Jadi kami membutuhkan guru yang lebih berilmu dari kami. Istilahnya kami mengahargai ilmu. Murrraaaah lah segitu mah.

InsyaAllah bukan mau nyombong, na'udzubillaah, tidak ada niat menyombongkan, tapi ini memang fakta, zaman sekarang ilmu dunia lebih dihargai mahal daripada ilmu agama (dunia-akhirat). Malahan masih ada lho yg gratisan ilmu agama mah. Miris. Kalaulah bukan karena iman, yang mementingkan keberkahan, sudah kecewalah kami.

Semoga jatuh cintaku pada kuttab bukan cinta buta dan tidak sakit. Semoga cinta ini makin besar hingga bisa bersama-sama menuntun anak-anak kami mengenal Rabbnya. Aamiin.