Selasa, 11 Januari 2011

Belajar Menjadi Ibu

(Catatan hari Kamis, 6 Januari 2011)

Siang tadi, seperti setelah direncanakan sebelumnya, aku mengajak dua keponakanku jalan-jalan ke Bandung kota (aku di desanya :D ).



Sudah kujadwalkan, bahwa sebelum jalan-jalan, aku mau mampir dulu ke Muammalat untuk mengamankan hasil jerih payahku (nabung gitu yah..meni sok lebay kieu si sayah hehehehe). Ketika pertama kali masuk ke gedung Muammalat cabang Cibabat yang baru direnovasi itu...nyessss...duingiiiiiinnnn!!!! wuih...AC-nya full bikin bbbbbrrrrrrrrr... (dalam hati bersyukur, untung nggak ditakdirkan kerja di sini :) bisa kerokan tiap malem :D )



Farhan dan Wildan, kedua keponakanku itu terlihat BT. Mungkin dalam hati mereka bilang, "Si tante ngajak maen teh meni lama, kaditu-kadieu heula." (Si tante ngajak main kok lama sih, mampir-mampir dulu)



Apalagi Wildan, dia memang suka nggak mau kalo diajak kemana-mana, mending di rumah main PS, katanya. Tapi alhamdulillah tadi dia mau juga diajak.



Sudah beres urusan di Muammalat, aku dan kedua keponakanku naik angkot jurusan Leuwi Panjang. Nah, di sini-lah tragedi itu terjadi...



Karena kulihat tampang super BT, lebih BT dari kakaknya, kutanya Wildan, "Wil, laper?" Dia menggeleng.



"Haus?" tanyaku lagi.



"Nggak, sakit tenggorokan," jawabnya. Aku cuma ber-oh aja.



Lewat jalan kebon kopi, tiba-tiba kudengar suara Wildan yang sedang menahan mual. "Pengen muntah?" tanyaku.



Wildan mengangguk sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya.



Spontan aku sibuk cari sesuatu di tas yang bisa menampung muntahan Wildan. Nihil. Kantung kresek yang biasa kusediakan di tas untuk buang sampah, tak ada. Ah...aku lupa tak bawa, gara-gara ganti tas.



"Ya udah, muntah di situ aja," kataku. Wildan muntah di belakang bangku angkot yang memang agak renggang. Dalam hati campur rasa...malu, marah, kasihan...semuanya nyampur, ckckckck kok bisa jadi kayak gini??? Tapi aku tetap beruasaha bersikap tenang, don't panic pokokna mah ;)



Untung (selalu ada untung ;) ) Wildan muntahnya nggak terlalu banyak. Kututupi muntahannya dengan sobekan kertas yang kusobek dari notes-ku. Ini kesalahanku yang berikutnya, tidak bawa tisue.



Setelah muntahan Wildan tertutupi aku pun ber-kiri ria, bukan karena menghindar tapi karena aku sudah sampai di tempat tujuan, rumkit Rajawali (waw bisa ketemu Adrian nih :D )



Kejadian tadi mengingatkanku pada kejadian sekitar empat tahun lalu. Saat itu akhir-akhir masa kuliahku. Kalau tidak salah sedang masa liburan UAS. Aku ke kampus untuk mengisi KRS semester akhir. Teteh nyuruh aku ngajahk Wildan, karena dia sedang ada urusan yang tidak memungkinkan mengajak anak kecil. Ya sudah lah...itung-itung pamer mahasiswa udah punya anak :D



Farhan ketika itu sedang sekolah. Jadi hanya Wildan yang kuajak ke kampus.



"Ni, kade nya, si Wili keur sakit perut," kata teteh mengingatkan. (Ni, hati-hati, si Wili lagi sakit perut)



"Siaaappp!!" jawabku.



Padalarang-Jatinangor kutempuh dengan tiga kali naik kendaraan umum. Angkot sampai tol Padalarang, bis antar-kota sampai tol Cileunyi, terakhir angkot sampai kampus.



Di perjalanan, tepatnya saat bis antar-kota masih di dalam tol, Wildan yang kala itu baru empat tahun merengek, "Tante, pengen ee'."



Sontak aku kaget, haduh gimana nih?? "Wil, tahan dulu ya," pintaku.



Wildan malah makin merengek. Aku bingung tujuh keliling (latihan thawwaf :D )



Alhamdulillah, tak berapa lama rengekannya berhenti. Mungkin mulesnya sudah nggak kerasa.



Sampai di kampus Wildan merengek lagi, "Tante, pengen ee'."



Segera kuajak Wildan ke WC umum. Dan ternyata di sana Wiuldan cuma kentut...beuuuhhh.... :( :D



Selesai mengisi KRS, aku dan Wildan segera meninggalakan kampus untuk bertolak ke Bandung (halah bahasanya :D )



Aku ke Bandung di suruh mamah beli kain. Alhamdulillah selama di perjalanan Jatinangor-Bandung, aman dari rengekan si Wildan.



Dan...



"Tante, pengen ee' lagi." Yaaiiiiklkkk!!!!



Saat itu sedang di angkot mau ke Kepatihan. "Tahan bentar ya," kataku.



Kali itu rengekan Wildan parah, "Nggak bisaaaaaaaaaaa!!!" katanya sambil nangis.



Ibu-ibu yang ada di angkot mungkin merasa iba padaku yang memang lagi repot, bawa ransel, nenteng kresek, n manku Wildan, apalagi Wildannya sambil rewel.



"Bentar lagi ya, Cep, tahan dulu. Kasihan bundanya," kata salah seorang ibu.



Wih...apa katanya??? Kasihan bundanya?? Bundanya gitu lhoooo... :D



"Bentar lagi lewat King, Neng. Cepet ke toilet yang di sana, kasihan anaknya."



"Iya, Bu," kataku sambil 'berusaha' tersenyum.



Sampai di King, aku setengah berlari. Wildan kupangku. Haduuuuhh...nggak kebayang lagi tuh kalo sekarang, ransel di punggung, di depan mangku Wildan yang bukan bayi lagi, tangan kanan nenteng kresek berisi contoh kain mamah...ckckck...semangat mahasiswa tuh hehehehe..



Seru juga belajar jadi seorang ibu... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar