Selasa, 11 Januari 2011

(Bisa Dibilang) Musibah Pertama di tahun 2011- Mudah-mudahan tidak ada yang ke-dua, ke-tiga dst...

Tak terbayangkan sebelumnya jika hari Senin, 10 Januari 2011 kemarin Allah mengujiku dengan teguran yang cukup keras.

Pulang dari klinik agak lambat, karena ada seorang pasien akhwat namanya bu Dewi baru datang pukul 16.50. Sebenarnya sangat terpaksa ku-iya-kan untuk membekamnya. Waktu ideal pembekaman sesuai SOP BRC adalah 25 menit. Itu artinya jika aku membekam pukul 16.50, mesti selesai pukul 17.15, dan artinya lagi aku telat pulang. 17.00 adalah jam pulangku seharusnya. Suka BT juga kalau ada pasien yang baru datang di detik-detik terakhir jam pulang...haduuuhhh...benar-benar pengorbanan yang cukup berat.

Alasanku kenapa menerima bu Dewi adalah karena beliau sebelumnya sudah datang pada pukul 12.00. Saat kedatangannya, aku sedang membekam dua orang pasien sekaligus, yang rata-rata membutuhkan waktu lebih lama 15 menit dari waktu ideal.

Saai di dalam ruang bekam 2, sempat kudengar perbincangan khas perempuan di luar sana. Dalam hati kuduga pasien baru sudah mulai berdatangan. Maka dengan agak sigap kuselesaikan pembekaman yang sedang kulaksanakan itu.

Selesai membekam bu Siti dan bu Ai, segera kusterilkan tanganku, bersiap untuk pembekaman berikutnya.

Kubaca nama bu Dewi di daftar pasien berikutnya yang harus kubekam, namun...

"Bu Dewi sedang makan lotek dulu," jawab seorang pasien ketika kusebutkan nama bu Dewi.

Hah??mau bekam kok makan dulu sih?ckckckck...

Bebeapa menit kemudian bu Dewi datang, "Yuk, Neng, udah kosong kan?"

"Sudah, Bu, tapi ibu baru makan ya?" tanyaku.

"Iya barusan nemenin temen makan siang."

"Kalau begitu Ibu harus istirahat dulu barang sejaman."

"Loh? Kenapa nggak langsung dibekam saja?"

"Maaf, Bu, salah satu larangan orang yang akan dibekam adalah orang yang baru makan atau dalam keadaan kenyang."

Kulihat wajah kecewa. Ya maaf bu, daripada bikin masalah lebih runyam ntarnya, mending kujelaskan aja.

"Aduh, Ibu baru tahu kalau mau dibekam tidak boleh makan dulu. Ya udah atuh, sekarang mah Ibu mau pulang dulu da deket ini, ntar sore ke sini lagi."

Akhirnya bu Dewi pulang. Sempat kusangsikan janjinya untuk datang kembali ketika sore, karena sampai lewat deadline pendaftaran (16.30) bu Dewi yang kunanti belum kunjung datang.

Ternyata beliau benar-benar datang walaupun termasuk telat. Ya begitulah alasan kenapa kuterima bu Dewi di detik-detik terakhir jam pulang.

Pukul 17.15 selesai kubekam beliau. Setelah cuci tangan, segera kuselesaikan laporan hari itu.

17.35 selesai semua pekerjaanku di BRC-Padalarang. Seperti biasa, pulangku selalu dengan kaki alias jalan kaki.

Entah karena lelah atau apa, kemarin aku agak sembrono, menyebrang kurang hati-hati. Padahal sudah tengok kanan-kiri. Namun ujian itu pun terjadi tanpa sempat ditolak...

Masih terbayangkan sekaran kejadian kemarin yang membuat seluruh tubuh bagian kananku kaku, memar.

Sebuah motor matic, entah apa merk-nya, menyerempetku (pastinya nggak sengaja). Saat aku terbaring di tengah jalan...aku pun sadar, malah dalam hati bilang, "Ya Allah...gini rasanya ketabrak???"

"Aduh Teteh, lain kali hati-hati atuh kalau nyebrang!!!"

Seorang perempuan muda berhelm menghampiriku sambil tertatih (yang bikin geli sekarang tuh, kejadiannya persis di tengah jalan dong! Allah!!!).

Kami, aku, perempuan itu, dan seorang laki-laki yang memapah motor matic segera menepi ke sisi jalan.

Kurasakan kepalaku panas dan berat, dan kudengar hal yang sama dari perempuan itu, "Teteh, hati-hati atuh kalau nyebrang, tuh aku sampai gemeteran gini."

Kujawab dengan senyuman saja. Aku benar-benar bingung harus ngapain, yang kurasakan cuma satu, kepalaku berat dan panas (Allah...semoga tidak terjadi hal-hal yang parah).

Kulihat bagasi motor matic-nya terbuka. Oh...sekeras itukah kecelakaan barusan sehingga membuat bagasi motor terbuka dan copot, batinku.

Aku, tentu saja tak sampai hati (dan memang tidak kepikiran) untuk meminta pertanggung jawaban perempuan itu.

Kami malah saling minta maaf dan bersalaman (lucu?? I don't think so!!!)

Seorang satpam pabrik di seberang BRC-Padalarang sempat menghampiri kami dan menanyakan keadaan kami. Selain kepala yang berat dan panas, memang tak kurasakan sakit yang lain. Semoga perempuan itu pun baik-baik saja.

Karena merasa masih kuat berjalan, kulanjutkan jalan kaki untuk pulang ke rumah. Di pejalanan mulai kurasakan ngilu di kaki dan pergelangan tangan. Dalam hati aku terus ber-istighfar dan memohon pada-Nya supaya tidak ada luka di tubuh maupun kepalaku.

Sampai di rumah segera kuperiksa badanku. Ternyata memar di betis dan pergelangan tangan. Segera kuoleskan minyak but-but sambil menangis menahan rasa sakit juga merutuki diri, kenapa kok nggak hati-hati??!!!

Karena takut terjadi apa-apa, kuadukan kejadian sore itu pada mamah. Beliau segera membawaku ke si Emak tukang urut setelah maghrib.

Air mataku makin deras menahan sakit, karena memar-memarku dipijit-pijit sama si Emak. Allah...

Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian, Insya Allah...
Ternyata Titi DJ itu bukan isapan jempol belaka, teman :)

2 komentar:

  1. Mas 1 januari malah ud gelundung duluan, si max terseret skitar 10 meter. Lecet di kaki, pundak,lutut. Gara2 menghindar dari sepeda motor yang belok mendadak.

    BalasHapus