Senin, 31 Januari 2011

Pergi Tanpa Jejak

oleh : Ratih Rismawati


Namaku Salsabila Putri tapi orang-orang terdekatku biasa memanggilku Puput, Sudah hampir setahun ini Aku lupa bagaimana cara nya tertawa, dan Aku juga juga lupa bagaimana cara nya menyapa saudari seimanku, bahkan sampai saat ini semua itu terasa sulit aku lakukan.

Sejak putus cinta dengan Arif, duniaku jadi ikut berubah. Ketika Arif memutuskan untuk memilih perempuan itu di bandingkan mempertahankan cintanya untuku. Aku kecewa,,hatiku hancur,, duniaku pun ikut berhenti, untuk beberapa waktu yang tak bisa dipastikan batasnya.

Hatiku sakit, terasa sesak jika ku lirikan mataku mengingat kisahku…Arif..yeah aku yakin engga ada orang sebaik Arif di dunia ini, ga ada lagi orang sesempurna Arif, maka nya mungkin semua perempuan berusaha untuk memilikinya, termasuk Aku.

Sebenarnya aku malu jika hal ini dilandaskan oleh kata “cinta”, morfem yang mengubah seluruh hidupku yang tadinya tawar menjadi asam manis, yang tadinya putih menjadi warna pelangi, yang tadinya abstrak menjadi bangun ruang yang membuat Aku lupa akan Sang Khalik yang memiliki Aku…

Entahlah Aku merasa enggan untuk melewati sisa hidupku, dadaku selalu sesak, bayang-bayang masa lalu selalu menghantui, hingga Aku selalu minta Allah segera menjemputku…namun lebih sesak lagi jika aku dihadapkan akan tanggung jawabku sebagai manusia di dunia ini. Hmm…hingga suatu ketika Dia mengirim orang untuk membuka mata dan hatiku bahwa MahhabahNya lebih aku rindukan.

***

Lembayung ungu itu akhirnya menyapa juga, Kak Ferri…seorang sahabat yang Allah berikan untukku…yahh hanya untukku…untuk mengubah alur hidupku…untuk menjadi lentera ketika aku merasa sendiri…ehm..sifat posesifku masih melekat ternyata,,

“De,hidup itu bukan hanya sekedar kata lho…,hidup itu amanah yang setiap detiknya akan dimintai pertanggung jawabanya”nasehat Kak Ferri untuk yang ke 99 kali, hahaha,,,biasanya masuk ketelinga kiri dan keluar dari telinga kanan. “Kakak ga pernah mengharapkan Ade untuk berubah,,engga sama sekali, yang membolak-balikan hati itu hanya Allah,,kakak lakukan ini karena Allah” senyumnya melebar.

Kak Ferri itu, teman kecilku, usianya hanya terpaut dua tahun lebih tua. Sudah lama aku tak pernah bertegur sapa, terutama waktu aku jadian sama Arif, dan ketika dia kenal Islam lebih dalam, ku akui tampilannya sungguh berbeda, raut muka nya lebih cerah dan lebih menjaga iffah. Mungkin kalo bukan karena mama yang khawatir dengan kondisiku sejak putus dengan Arif, dia sepertinya lebih menjaga batas-batas pergaulan yang sesuai dengan syariat Islam….dan Mama memintanya untuk mendekatiku, karena mama tau Kak Ferri adalah sahabat yang paling dekat dengan ku dalam kurun waktu 24 tahun ini, bisa membuatku sadar kembali akan esensi hidup yang sebenarnya.

“De, hidayah itu ga datang dengan sendirinya tapi kita harus agresif menjemputnya, bisa juga putusnya dengan Arif, itu,,merupakan sarana hidayah yang Allah sampaikan ke Ade?”katanya dengan penuh keyakinan.

Dan aku hanya diam, bĂȘte kalo udah denger ceramah Kak Ferri “Segimana pun kita mengejar orang yang kita cintai, sekuat tenaga kita mempertahankan orang yang kita sayangi,,tapi klo kata Allah dia bukan jodoh kita, gak akan pernah tercapai De..”

Sampai batas nalarku terhenti dititik itu, Qodho…Takdir….hal yang gak mungkin mengubah apa yang sudah jadi kehendak-Nya. Termasuk hubunganku dengan Arif…hmmhhh..lagi-lagi Arif..lagi-lagi Arif…meskipun aku enggan mengingatnya tapi hati ini gak bisa diajak kompromi,,tetap saja selalu ada sisi ruang hatiku yang tak rela melepaskan Arif..

”Kak,,,terus aku harus bagaimana untuk melupakan Arif?” mataku berkaca-kaca, aku lelah…yaaah aku lelah kalo rasa ini terus menggelayuti dan membebaniku.

“banyak-banyak lah istighfar sama ikhlas atas semua yang terjadi, kakak yakin ini semua sulit, namun pelan-pelan saja, ada “waktu” dan Sang Pengatur yang akan menemani Ade…” Ucap Kak Ferri kala itu. Semula aku ga suka kalo Kak Ferri mulai mengeluarkan nasihat-nasihatnya, pegel dengernya, tapi lama-kelaman hatiku seperti sebuah padang tandus yang disapa gerimis hujan, sedikit membuatku….tenang!!

“Sayang,,,jangan seperti ini terus dong, jangan bikin mama khawatir sama Puput!!”ucap mama dengan berlinang air mata, “mama ga mau kehilangan keceriaan anak mama,” itulah kata-kata mama yang selalu terngiang-ngiang di benakku.

Yap saat nya berubah.

Perlahan-lahan namun pasti, kutata hidupku yang seperti air mengalir menjadi sebuah rakit kecil yang berlayar di Samudra kehidupan.

“Allah ga akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum ia berusaha mengubahnya sendiri,, semanggaaat De!!!..yuk kita sama-sama menjemput berkaahnya Allah,,,mudahkan Ya Allah” senyumnya makin melebar, aku yang mulai melunak berusaha untuk menghadapi hidup yang sebenarnya. Tidak lagi egois dan hidup dalam fatamorgana khayalan.

***

Kegiatanku mulai seperti biasa lagi, rutinitas yang selama ini aku lupakan; Kuliah, ngajar sama ikut kajian-kajian yang bisa menumbuh suburkan rohani dan keimananku,,. Namun sudah seminggu ini jarang ketemu sama Kak Ferri, sms sama telfon sudah tak mempan lg ku tempuh, tak jarang aku sering menunggu di depan rumahnya. “Kak Ferri dimanakah kamu Kak” bisikku dengan harap cemas.

Ku ketuk pintu rumahnya, lebih dari sepuluh kali….namun tidak ada sahutan sama sekali. Semakin bertanya-tanya, "Kakak jangan bikin Ade khawatir seperti ini dong” mataku mulai berkaca-kaca.

Perasaan apa ini,,,takut kehilangan ataukah hanya kewajaran seperti biasa layaknya seorang saudara yang kehilangan kabar.

“Ya Allah..apa yang harus aku lakukan…”

Mama pun tak bisa berbuat apa-apa, karena terakhir ketemu sama orang tuanya Kak Ferri itu 2 minggu yang lalu. “Ya Allah berilah petunjukMu” jerit ku dalam hati. “Ayolaaah Kakak..muncul doooong,, please”

Nothing can be doing….nihil….sebel!!!!!!

Semoga aku dapat melupakan Kak Ferri, semoga aku dapat merelakan dan melepasnya tanpa kabar sedikitpun,,hmmmhh…harus ku tata lagi hidupku…tata..tata..tata…sampai kapankah harus seperti ini,, harus berapa kali kah aku mengalami hal ini, innalillahi….

Seperti biasa jam 03.00 pagi aku terbangun buat sholat tahajud, semangat untuk curhat sama Allah begitu kuat, taubat..dan meminta untuk dilapangkan hati atas semua hal yang terjadi,,yea…banyak-banyak istighfar biar bisa lebih tenang.

“Tapi…dimanakah Engkau sembunyikan Kak Ferri Duhai Allah…Aku merindukannya”

***TAMAT***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar